Sebelum Terlambat Merawat Masa Depan (Indonesia)

sigalih
4 min readJun 13, 2019

--

Indonesia, negeri dengan berjuta keindahan, kesuburan, dan kedamaian, kini terancam kehilangan maruahnya. Negeri elok ciptaan Sang Maha Kuasa perlahan terkikis oleh ambisi segelintir manusia dengan hasrat ingin memiliki. Mereka menyulut bara api permusuhan, membumihanguskan yang tak sepaham. Keberagaman kini mulai berpindah arus menjadi asumsi atas sebuah kebenaran pribadi, walaupun sebenarnya mereka tak mesti mengerti apa yang mereka yakini.

Pada saat berada di bangku sekolah dasar, cinta kepada Indonesia selalu ditanamkan dalam diri kami. Ragam nyanyian lagu daerah mengirimkan isyarat betapa kaya Indonesia ini, sampai-sampai kami tak bisa menghitung berapa banyak nada dan syair yang tertuang, jika semua dikumpulkan menjadi satu. Guru selalu berkata bahwa sebagai bangsa yang besar, kami harus menghargai satu sama lain, suku, ras, agama, warna kulit, bahasa, kebiasaan, kebudayaan, dan semua hal yang bahkan kami belum pernah tahu. Tak pernah sekalipun mereka mengajarkan bahwa kami yang paling benar dan paling baik. Pada akhirnya, kami semua sepakat bahwa perbedaanlah yang membuat Indonesia menjadi kaya dan kuat.

Jika tidak percaya maka kau bisa susuri Indonesia mulai dari melihat sekitarmu. Lalu berjalanlah selangkah demi selangkah sampai tak kau temukan lagi tempat untuk menyandarkan kaki. Tak mungkin! Tak mungkin kau mampu menyelesaikan penjelajahanmu bahkan sampai Tuhan memanggilmu kembali. Maka heningkan sejenak telingamu dari bisikan setan dan rasakanlah segala kekacauan dalam pikiranmu. Rasakan sampai batas akalmu, dimana kini kau lebih mudah meletakkan rasa bencimu diatas kebenarannya. Apakah ia yang membatasimu atau kau sendirilah yang membatasinya. Indonesia tak akan pernah habis untuk kau jelajahi. Keragamannya, perbedaannya, adalah keindahan yang membuatnya menjadi lebih kuat dan hebat.

Indonesia adalah tempat terbaik untuk melantunkan nada dan irama, karena sesungguhnya tak ada sekat pembatas untuk melantunkannya. Indahnya tercipta oleh dari untaian kata yang tercipta dari goresan tangan, hasil dari buah pikiran para pemukimnya. Setelah selesai tercipta, lantunkanlah sesuka hati, cari tempat terbaik sehingga semua orang bisa mendengarkan dan berdendang bersama. Namun sadarlah, tak bisa harmoni itu terasa merdu oleh semua orang. Karena sejatinya Tuhan menciptakan manusia dengan beragam pemaknaan. Lantunkan saja irama yang telah diciptakan tanpa harus menentukan takdir semua orang, biarkan mereka menentukan pilihan atas persimpangannya sendiri, tak usah diatur-atur.

Bukan tanpa alasan Tuhan menciptakan kita dalam satu Indonesia ini. Keragamannya adalah bagian penting yang patut kita syukuri, karena itulah yang membuat kita menjadi lebih kuat. Siapa lagi yang bisa merasakan betapa harumnya puspa bangsa dan eloknya puspa pesona kalau bukan kita sendiri. Tak perlu sibuk berperan menjadi tuhan yang seakan-akan berhak menentukan keindahan semua orang dalam sebuah pilihan dan menampik segala yang diciptakan oleh Dia Sang Maha Elok.

Disini, bukanlah tempat untuk kalian yang merasa berhak memutuskan sebuah kebenaran. Kalian tak punya kuasa dan tak akan pernah bisa berkuasa untuk mendefinisikan surga atas pemikiran-pemikiran konyol dari mulut-mulut busukmu itu.

Begitu mudah kau menyalahkan mereka yang tak sependapat denganmu, merasa paling pantas untuk mengkafir-kafirkan orang lain, mengatas namakan kebenaran untuk melukai orang lain yang kau anggap telah melukai dirimu. Apakah kau tak pernah berpikir, benarkah yang telah kau lakukan? Apakah kau tak lagi pernah sadar, betapa pekatnya isi kepalamu yang selalu kau tutupi kain putih berbalut kalimat suci itu, sehingga kau tak lagi bisa bermakrifat atas sesuatu yang dianggap berseberangan denganmu.

Benih yang tumbuh dalam pikiran itu akan berbuah menjadi intoleransi. Cepat atau lambatnya tergantung seberapa subur pikiran itu dirawat, diberi pupuk, dan dialiri dalil-dalil sesat. Jika pikiran sudah tak bisa mengendalikan ego untuk memaksakan suatu kehendak, rasakanlah bahwa ia telah mulai menjalar kedalam sel-sel darah, mengontrol setiap pergerakan tubuh dan pikiran. Saat itulah seorang manusia hanya merasakan atas kebenarannya sendiri, kebenaran yang berseberangan dengan kenyataan, kebenaran bagi segelintir orang atas kendali tuhan berwujud manusia. Intoleransi akan terus bersemayam dalam diri, berkembang sampai level tertinggi asumsi kebenaran semu, membuatnya tak bisa berpikir logis, radikal!

Kita terlahir dalam sebuah golongan tertentu, agama, suku, ras, budaya tertentu. Namun kita harus mengerti bahwa bukan itu semua yang mempersatukan kita. Sejatinya kita bukan orang dengan sebuah golongan yang secara kebetulan terlahir dan hidup di Indonesia, melainkan orang yang terlahir di Indonesia dalam sebuah golongan. Tak patut kita meng-aku-kan diri sendiri tanpa pernah mengingat, betapa Indonesialah yang menyatukan kita. Saat berdiri sebagai sosok dengan sebuah golongan, tanggung jawab atas kesatuan Indonesia haruslah tetap berada dipundak kita masing-masing.

Lihatlah Indonesia dengan keragamannya sebagai suatu kekayaan, persatuan muncul dari keragaman, bukan keseragaman.

Betapa Tuhan menciptakan alam semesta dengan sangat indah. Indonesia adalah keindahan yang diberikan oleh sang pencipta untuk dijaga sepenuh jiwa. Kita mestinya sadar, surga memang ada di dunia, hanya saja kita tidak pernah bisa menyadarinya. Ketidaksadaran menghalangi manusia untuk mampu mencapai realitasnya, sehingga kita tak bisa merasakan apa yang telah diberikanNya melalui alam semesta.

Indonesia akan selalu menjadi sesuatu yang kita pikirkan saat ini, baik buruknya ditentukan oleh sebesar apa usaha kita untuk mencapainya. Mari bertukar peran, bukan lagi saling menyalahkan. Jadikan seluruh persoalan adalah tanggung jawab kita. Jangan pernah biarkan orang-orang tidak bertanggungjawab mengendalikan pikiran kita, menjadikan kita sebagai kendaraan atas nafsu sesatnya. Diam hanya akan menciptakan peluang untuk penyusup dengan kepentingan tertentu. Merdekakan pikiran, lakukan apa yang bisa dilakukan tanpa perlu membatasi diri. Tak ada alasan untuk bersembunyi dibalik keterbatasan, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

Kita tak perlu menakar berapa besar kesamaaan seseorang, warna kulit, suku, ras, agama, dan sebagainya. Karena Tuhan menciptakan hidup manusia dengan sangat beragam. Yang penting, bagaimana pikiran kita bisa menerima setiap alunan nada yang dinyanyikan oleh semua orang. Pahamilah bahwa kita hidup dalam kemajemukan, kesediaan untuk menerima perbedaan dalam kehidupan pada sebuah wadah besar bernama Indonesia membuatnya menjadi indah dan lebih bernilai. Sebelum terlambat, mari kita jaga Indonesia, karena ia milik kita bersama.

--

--

sigalih

Hello, I’m Indonesian | Work as a front-end engineer | UI/UX enthusiast | Part of a small family at gaitastories.com | sigalih.com | hello@sigalih.com